Lelaki itu begitu mudah untuk melupakan kenangan. Berbulan-bulan ini aku selalu berkutat dengan kesibukanku yaitu melupakan Aris, seseorang yang 2 tahun belakangan ini dekat dengan aku. Melupakan Aris menjadi kewajiban baruku semenjak mengingatnya semakin membuatku merasa sakit.
Lelaki itu begitu mudah melupakan ucapannya.
"Ca kamu pernah gak bayangin siapa seseorang yang menjadi takdirmu kelak?" "Emmmmm mungkin pernah" jawabku. "Ya siapa tahu aku adalah takdirmu Ca, dan kamu adalah takdirku nanti", "mungkin saja, takdir Tuhan gak ada yang tahu Ris", sesaat Aris membuat aku merasa berbunga-bunga dengan ucapannya, tetapi aku mencoba untuk bersikap biasa dihadapannya. Aris tak tahu bahwa di dalam hatiku aku mengatakan "kamu Ris, kamulah seseorang yang aku bayangin akan jadi takdirku nanti" aku menyayangi Aris, menyayangi lebih dari teman.
Waktu itu dia mengajak aku pergi kepantai, dalam semilir angin laut malam itu aku duduk disampingnya, ya aku merasa benar-benar nyaman dengannya, kita bercanda tentang banyak hal, tentang kehidupannya, tentang pacarnya, dan tentang hal-hal lain. Ditemani deburan ombak malam itu pikiranku menerawang, ah andai aku menjadi ombak yang tak pernah lelah berkejaran tanpa henti sepanjang waktu meski tak tahu apa tujuannya, andai aku menjadi ombak yang tak lelah untuk terus mengejar hati Aris, namun aku bukanlah ombak, aku terlalu lemah.
Dua tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menyayangi Aris dengan status yang aku sendiri tak tahu, entah sebagai teman, sahabat, atau pacar, aku terus tersiksa ketika aku mengharapkan sebuah hubungan yang lebih, sebuah hubungan dengan kepastian seperti halnya Aris dan pacarnya.
"Ca apa kamu menyayangiku?" tanya Aris padaku pada suatu hari, "Ya" jawabku singkat, "seberapa besar Ca?", tanya dia lagi, "Aku gak tahu". Dalam hati aku berkata "aku gak bisa ngomong seberapa besarnya rasa sayangku ini karena rasanya itu besar dan gak bisa disebutkan dalam bilangan Ris".
"Ris aku pernah berpikir bahwa mungkin aku lebih baik meninggalkanmu", "kenapa kamu berpikir seperti itu Ca?", "ya aku ngerasa bersalah sama pacarmu Ris", "Ca, aku mohon jangan tinggalin aku, karena masih banyak hal-hal menyenangkan yang bisa kita lakuin bareng tanpa harus mikirin hal-hal yang menyedihkan".
Mungkin hatiku telah benar-benar terbiasa dengan sikap Aris yang terkadang cuek, dia datang ketika dia membutuhkan aku saja, dia sangat hoby mempermainkan perasaan wanita seperti aku dan pacarnya yang selalu dia permainkan.
Ketika aku ingin meninggalkannya, setengah mati dia menahanku, agar tetap bersama dia, namun kini dia dengan tanpa pamit sekalipun pergi meninggalkan aku, pergi menjauh dari kehidupanku.
Aku tahu kini dia mempunyai mainan baru, seseorang selain pacarnya yang akan menjadi tempat sampah seperti aku, menampung segala keluh kesahnya, dan seseorang itu telah dia berikan harapan-harapan kosong seperti halnya aku dulu.
Mengapa, mengapa lelaki itu begitu mudah melupakan kenangan, mengapa lelaki itu begitu mudah melupakan seseorang, dan mengapa lelaki itu begitu mudah mempermainkan perasaan wanita.
"Ris suatu saat aku harap kita bisa bertemu lagi, saat aku telah melupakanmu, dan kamu telah bisa menghargai perasaan wanita"
Nikmati saja waktumu untuk bersenang-senang dan salurkan hobimu untuk menyakiti perasaan wanita, bahagiakan dirimu, puaskan segala ambisi-ambisi besarmu, segala sesuatu akan ada masa akhirnya dan tunggu saja saat masa akhir kejayaanmu menyakiti wanita telah habis.
Terimakasih karena kamu telah mengajari aku tentang bagaimana mengikhlaskan orang yang kita sayangi pergi mencari kebahagiaannya sendiri.






0 komentar:
Posting Komentar