Blog List
Selasa, 27 Maret 2012
Aku Pantas Dicaci-maki
Hari ini aku benar-benar tak henti mencaci-maki diriku sendiri ,
mencaci-maki atas kebodohanku, mencaci-maki atas kemunafikanku, dan
mencaci-maki atas sikap jahatku. Entah sampai kapan aku akan terus
mencaci-maki diriku sendiri. Aku, aku, kenapa terkadang aku menjadi sok
tua, memberi masukan kepada orang lain yang tengah menghadapi kegalauan,
kenapa aku terkadang menjadi sok bersikap baik, memberikan pencerahan
untuk orang yang tengah kalut. Kenapa pula aku menjadi sok bijak yang
menasihati orang lain agar bangkit dari keterpurukan. Hei diri !
Sadarlah aku ini siapa? Hanya orang dungu saja yang berpura-pura cerdas.
Aku ini bodoh, aku ini jahat dan aku ini munafik. Sering tak mengerti
pada diriku sendiri jika didalam sebuah peran mungkinkah aku ini
termasuk tokoh antagonis. Aku ini bodoh karena tak bisa bangkit dari
keterpurukan. Aku ini jahat karena mungkin tanpa aku mengetahui ada
insan yang tersakiti karena aku. Aku ini munafik bagaimana aku tak
menyebut diriku munafik jika aku sering berkata kepada mereka "Lupakan
seseorang yang hanya bisa membuatmu menangis!", "lupakan masa lalumu
yang menghalangimu meraih masa depanmu". Hei bagaimana mungkin aku dapat
berkata demikian. Sedangkan aku, untuk melupakan seseorang yang selalu
membuat aku menangis saja tidak bisa, dan aku masih tetap saja
terkungkung pada masa lalu sehingga membuat aku sulit untuk meraih masa
depan. Ah aku memang benar-benar munafik. Bagaimana mungkin aku yang
seorang dungu terkadang menjadi motivator layaknya Mario Teguh, hei aku
ini bodoh, bagaimana aku menenangkan hati mereka yang tengah kacau
sedangkan hatiku sendiri tengah gusar, kalut, tak berbentuk ya namun
mungkin aku bisa menenangkan mereka. Entahlah sebenarnya kata-kata
mujarab apa yang aku katakan untuk memberi masukan, dan memotivasikan
mereka. Aku ini bodoh dan tak mungkin aku bisa berbicara kalimat yang
baik, karena terkadang aku sendiri saja tak mengerti apa yang aku
ucapkan, mungkinkah aku seorang yang bodoh bisa berbicara
kalimat-kalimat yang baik. Mungkinkah itu bukan aku yang berbicara.
Bagaimana bisa aku mendorong orang lain untuk bangkit sedangkan aku
tetap saja terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu. Tuhan sebenarnya
siapakah aku ini? Aku masih tetap saja mencaci diriku sendiri. Katakan
padaku peranku ini sebagai tokoh antagonis atau protagonis. Aku sangat
bodoh karena untuk mengerti diriku sendiri saja tak bisa. Aku dungu yang
begitu dungu karena aku tetap menanti sesuatu yang tak mungkin kembali
lagi. Dimana akal sehatku sebagai manusia normal? Ah atau mungkin aku
bukan manusia normal yang mempunyai akal sehat bahkan naluri sekalipun.
Aku, aku bisa memotivasikan mereka namun aku sendiri terlalu lemah untuk
memotivasi diriku sendiri, aku, aku bisa menyuruh mereka bertindak baik
dan tak gegabah, sedangkan aku saja tindakanku selalu gegabah sehingga
nyaris tak ada yang baik, mungkin itulah aku dengan segala kemunafikan
yang ada padaku. Hingga terkadang aku berpikir, benarkah ini ragaku?
Benarkah ini jiwaku? Aku merasa aku bukanlah aku, karena makhluk bodoh
mana yang bisa merancang kalimat yang membuat mereka percaya akan
ucapanku, ah rasanya memang tak mungkin aku bisa menyusun
kalimat-kalimat bijak tapi kenyataannya akulah yang berkata. Terkadang
aku berpikir ya berpikir, jangan tanyakan aku berpikir menggunakan apa!
Sejak kapan aku bisa merangkai kata semacam ini? , sejak kapan aku
belajar untuk puitis, sejak kapan aku belajar bijak, dan sejak kapan aku
menjadi suka mencaci sikap-sikapku. Aku tak pernah ingat akan hal itu,
yang aku ingat aku merindukan seseorang yang membuatku menangis, yang
aku ingat aku mempunyai sebuah masa lalu. Mungkin hal itu yang membuat
aku semacam ini sekarang. Apa? Merindukan seseorang yang membuat aku
menangis? Mempunyai sebuah masa lalu? Ah mengapa aku harus merindukannya
jika hal itu membuat aku menangis, lalu dengan siapa? Siapa sebenarnya
orang yang aku rindukan itu. Kemudian masa lalu? Hei aku ingin tahu,
mengapa masa lalu itu terus menyiksaku? Ah apa mungkin tidak, apakah
sebenarnya akulah yang menyiksa diriku sendiri lalu aku mengatas namakan
masalalu karena tak ada lagi yang bisa aku salahkan. Tak semudah aku
berkata dengan orang lain agar mereka melupakan hal yang menyiksa mereka
dimasalalu. Masa depan? akankah aku dapat mencintai masa depanku,
sedangkan aku masih tetap mencintai masalaluku. Aku gamang untuk hal
ini. Untuk mencintai seseorang bukanlah hal mudah untukku, aku sering
berkata kepada mereka "cintailah orang yang mencintaimu", namun aku
dengan kemunafikanku tetap saja mengingkari perkataanku sendiri, sembari
berkata "bagaimana mungkin aku bisa mencintai orang yang mencintaiku?
Sedangkan aku sama sekali enggan dengan dia yang mencintaiku itu, aku
tak akan pernah mencoba mencintainya karena itu hanya menyiksa batinku".
Tuhan bantu aku adakah hal yang bisa merubah aku. Aku rapuh Tuhan, aku
rapuh jika tak Kau topang. Aku menangis dan menjerit namun tetap saja
mereka menganggap aku kuat . Mungkin aku harus berhenti berpura-pura
kuat, mungkin aku harus menunjukan bahwa sebenarnya aku rapuh, aku
menangis, aku lemah, ah tidak aku tetap ingin terlihat kuat didepan
mereka, begitulah karena aku munafik sehingga aku lebih suka
berpura-pura. Saat aku memejamkan mataku? Lalu, hei kenapa ada dia yang
selalu membuat aku menangis namun dia juga aku rindukan. Aku berkata "ah
aku bisa melupakan dia", aku munafik dan bodoh nyatanya aku berbohong
lagi karena aku tak bisa melupakan dia dan disitulah letak kebodohanku
MELUPAKAN yang memang aku belum bisa sejak dahulu. Meski aku berkata
"pergilah dari otak dan hatiku", namun tetap saja aku selalu
mengingatnya dan merasa kehilangan masalaluku. Kini aku hanya ingin
menjalankan semua perkataanku dan motivasiku untuk orang lain dan akan
aku terapkan pada diriku sendiri, karena aku lelah menjadi orang bodoh,
jahat dan munafik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





0 komentar:
Posting Komentar