Pink Pencil citra's blog: Aku Pantas Dicaci-maki
Jangan merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi seorang plagiat

Selasa, 27 Maret 2012

Aku Pantas Dicaci-maki

Diposting oleh Unknown di 23.54
Hari ini aku benar-benar tak henti mencaci-maki diriku sendiri , mencaci-maki atas kebodohanku, mencaci-maki atas kemunafikanku, dan mencaci-maki atas sikap jahatku. Entah sampai kapan aku akan terus mencaci-maki diriku sendiri. Aku, aku, kenapa terkadang aku menjadi sok tua, memberi masukan kepada orang lain yang tengah menghadapi kegalauan, kenapa aku terkadang menjadi sok bersikap baik, memberikan pencerahan untuk orang yang tengah kalut. Kenapa pula aku menjadi sok bijak yang menasihati orang lain agar bangkit dari keterpurukan. Hei diri ! Sadarlah aku ini siapa? Hanya orang dungu saja yang berpura-pura cerdas. Aku ini bodoh, aku ini jahat dan aku ini munafik. Sering tak mengerti pada diriku sendiri jika didalam sebuah peran mungkinkah aku ini termasuk tokoh antagonis. Aku ini bodoh karena tak bisa bangkit dari keterpurukan. Aku ini jahat karena mungkin tanpa aku mengetahui ada insan yang tersakiti karena aku. Aku ini munafik bagaimana aku tak menyebut diriku munafik jika aku sering berkata kepada mereka "Lupakan seseorang yang hanya bisa membuatmu menangis!", "lupakan masa lalumu yang menghalangimu meraih masa depanmu". Hei bagaimana mungkin aku dapat berkata demikian. Sedangkan aku, untuk melupakan seseorang yang selalu membuat aku menangis saja tidak bisa, dan aku masih tetap saja terkungkung pada masa lalu sehingga membuat aku sulit untuk meraih masa depan. Ah aku memang benar-benar munafik. Bagaimana mungkin aku yang seorang dungu terkadang menjadi motivator layaknya Mario Teguh, hei aku ini bodoh, bagaimana aku menenangkan hati mereka yang tengah kacau sedangkan hatiku sendiri tengah gusar, kalut, tak berbentuk ya namun mungkin aku bisa menenangkan mereka. Entahlah sebenarnya kata-kata mujarab apa yang aku katakan untuk memberi masukan, dan memotivasikan mereka. Aku ini bodoh dan tak mungkin aku bisa berbicara kalimat yang baik, karena terkadang aku sendiri saja tak mengerti apa yang aku ucapkan, mungkinkah aku seorang yang bodoh bisa berbicara kalimat-kalimat yang baik. Mungkinkah itu bukan aku yang berbicara. Bagaimana bisa aku mendorong orang lain untuk bangkit sedangkan aku tetap saja terpuruk dalam bayang-bayang masa lalu. Tuhan sebenarnya siapakah aku ini? Aku masih tetap saja mencaci diriku sendiri. Katakan padaku peranku ini sebagai tokoh antagonis atau protagonis. Aku sangat bodoh karena untuk mengerti diriku sendiri saja tak bisa. Aku dungu yang begitu dungu karena aku tetap menanti sesuatu yang tak mungkin kembali lagi. Dimana akal sehatku sebagai manusia normal? Ah atau mungkin aku bukan manusia normal yang mempunyai akal sehat bahkan naluri sekalipun. Aku, aku bisa memotivasikan mereka namun aku sendiri terlalu lemah untuk memotivasi diriku sendiri, aku, aku bisa menyuruh mereka bertindak baik dan tak gegabah, sedangkan aku saja tindakanku selalu gegabah sehingga nyaris tak ada yang baik, mungkin itulah aku dengan segala kemunafikan yang ada padaku. Hingga terkadang aku berpikir, benarkah ini ragaku? Benarkah ini jiwaku? Aku merasa aku bukanlah aku, karena makhluk bodoh mana yang bisa merancang kalimat yang membuat mereka percaya akan ucapanku, ah rasanya memang tak mungkin aku bisa menyusun kalimat-kalimat bijak tapi kenyataannya akulah yang berkata. Terkadang aku berpikir ya berpikir, jangan tanyakan aku berpikir menggunakan apa! Sejak kapan aku bisa merangkai kata semacam ini? , sejak kapan aku belajar untuk puitis, sejak kapan aku belajar bijak, dan sejak kapan aku menjadi suka mencaci sikap-sikapku. Aku tak pernah ingat akan hal itu, yang aku ingat aku merindukan seseorang yang membuatku menangis, yang aku ingat aku mempunyai sebuah masa lalu. Mungkin hal itu yang membuat aku semacam ini sekarang. Apa? Merindukan seseorang yang membuat aku menangis? Mempunyai sebuah masa lalu? Ah mengapa aku harus merindukannya jika hal itu membuat aku menangis, lalu dengan siapa? Siapa sebenarnya orang yang aku rindukan itu. Kemudian masa lalu? Hei aku ingin tahu, mengapa masa lalu itu terus menyiksaku? Ah apa mungkin tidak, apakah sebenarnya akulah yang menyiksa diriku sendiri lalu aku mengatas namakan masalalu karena tak ada lagi yang bisa aku salahkan. Tak semudah aku berkata dengan orang lain agar mereka melupakan hal yang menyiksa mereka dimasalalu. Masa depan? akankah aku dapat mencintai masa depanku, sedangkan aku masih tetap mencintai masalaluku. Aku gamang untuk hal ini. Untuk mencintai seseorang bukanlah hal mudah untukku, aku sering berkata kepada mereka "cintailah orang yang mencintaimu", namun aku dengan kemunafikanku tetap saja mengingkari perkataanku sendiri, sembari berkata "bagaimana mungkin aku bisa mencintai orang yang mencintaiku? Sedangkan aku sama sekali enggan dengan dia yang mencintaiku itu, aku tak akan pernah mencoba mencintainya karena itu hanya menyiksa batinku". Tuhan bantu aku adakah hal yang bisa merubah aku. Aku rapuh Tuhan, aku rapuh jika tak Kau topang. Aku menangis dan menjerit namun tetap saja mereka menganggap aku kuat . Mungkin aku harus berhenti berpura-pura kuat, mungkin aku harus menunjukan bahwa sebenarnya aku rapuh, aku menangis, aku lemah, ah tidak aku tetap ingin terlihat kuat didepan mereka, begitulah karena aku munafik sehingga aku lebih suka berpura-pura. Saat aku memejamkan mataku? Lalu, hei kenapa ada dia yang selalu membuat aku menangis namun dia juga aku rindukan. Aku berkata "ah aku bisa melupakan dia", aku munafik dan bodoh nyatanya aku berbohong lagi karena aku tak bisa melupakan dia dan disitulah letak kebodohanku MELUPAKAN yang memang aku belum bisa sejak dahulu. Meski aku berkata "pergilah dari otak dan hatiku", namun tetap saja aku selalu mengingatnya dan merasa kehilangan masalaluku. Kini aku hanya ingin menjalankan semua perkataanku dan motivasiku untuk orang lain dan akan aku terapkan pada diriku sendiri, karena aku lelah menjadi orang bodoh, jahat dan munafik.

0 komentar:

Posting Komentar

 

citra's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea