Pink Pencil citra's blog: Aku Mencintaimu Dan Kamu Mencintai Dia
Jangan merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi seorang plagiat

Minggu, 15 April 2012

Aku Mencintaimu Dan Kamu Mencintai Dia

Diposting oleh Unknown di 20.57

Menyakitkan adalah ketika mengucapkan selamat tinggal kepada seseorang yang kita tidak ingin membiarkannya pergi, dan akan lebih menyakitkan lagi ketika meminta seseorang untuk tetap tinggal padahal mereka enggan untuk tinggal.


“Kenapa kamu sekarang berubah, kamu beda tak seperti dulu “ aku tertunduk dengan wajah sedih.
“Siapa? Aku? Hah! Kamu bilang aku berubah” bentaknya.
“Kamu kenapa sekarang  tak pernah perduli lagi sama aku, bukankah kamu tahu kalau aku sayang sama kamu” tanyaku lagi. “Masa bodoh, aku sudah bosan denganmu, kamu selalu bersikap berlebihan, kamu pikir kamu segala-galanya untukku” jawabnya penuh dengan amarah.

“Apa yang berlebihan? Semua aku rasa biasa saja, bukankah itu wajar karena aku pacarmu lalu aku ingin perhatian dari kamu karena kamu terlalu acuh“. “Tapi kamu, argggh kamu itu, mengapa ada wanita bodoh macam kamu!” bentaknya lagi. “kapan aku bisa berarti untuk kamu?”, tanyaku menahan air mata. “Berarti?, semua yang ada pada kamu tak pernah berati untukku” jawabnya seolah-olah tak menggunakan otaknya untuk berpikir. “Padahal segala tentang kamu selalu begitu berarti di mataku” kataku disertai tangis yang tak bisa aku tahan lagi. “Itu urusanmu” jawabnya singkat amat menyakitkan.
“Jadi apa arti kita selama ini?”, “semuanya tak berarti apa-apa untukku kamu mengerti itu” ucapnya dengan suara keras. “Lalu bagaimana dengan hubungan kita?” aku masih inginkan kejelasan, “ya kita sudahi saja” jawabnya ringan. “Tapi aku masih menyayangimu” aku meraih tangannya, “tapi aku tidak!!” ucapanya sembari menghempaskan tanganku.
 
Aku benci keadaan seperti ini,keadaan dimana aku berusaha menahan air mataku namun tetap tak bisa aku tahan, “Kamu lihat dia?” tanyanya menunjuk seorang wanita yang duduk membelakangi aku dan dia, di kejauhan. “Ya” jawabku singkat, dia hanya tersenyum sinis mendengar jawabanku, “siapa dia?” tanyaku lagi “dia adalah seseorang yang jauh lebih baik dari kamu” ucapnya masih mengambang.
“Dia? Dia perempuan yang duduk disana? Dia yang menjadi alasanmu meninggalkan aku?” aku memberondongnya dengan pertanyaan, “iya, dia lebih baik darimu dan aku mencintainya, dia jauh lebih tegar dan mandiri dari kamu, kamu adalah wanita bodoh dan cengeng yang selalu menggunakan air mata sebagai senjata andalanmu” kata-katanya amat sangat menyakitkanku. “Ya aku tahu aku memang bodoh, aku tak seluar biasa dia, dia bisa memberikan kamu segalanya” aku terisak meski sedari tadi aku mencoba menahan  tangisku, dia merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sapu tangannya untukku, aku hanya terdiam tertunduk.

“Kenapa harus aku  yang harus merasakan sakit karena sikapmu ini, kenapa, kenapa?” tanyaku dengan suara yang agak keras, aku benci saat-saat seperti ini, saat air mataku mengalir tanpa aku kehendaki.  “Lalu mengapa kamu dulu memilih aku untuk menjadi seseorang yang kamu cinta, jika kamu tahu ada wanita lain yang jauh lebih baik dari aku, sekarang apa mau kamu? Kamu ingin meninggalkan aku demi wanita itu?” aku mulai menyerah dengan sikap keras kepalanya, “ya” jawabnya amat begitu singkat, aku memeluknya erat, Tuhan mengapa perpisahan itu selalu menyakitkan, dia hanya terdiam mematung, sikapnya begitu dingin padaku. “Baiklah jika itu yang bisa membuat kamu bahagia, kejarlah cintamu bersama dia, lanjutkan kisah cintamu itu, bahagiakan dirimu bersama dia, pergilah jaga dirimu baik-baik dan jangan sakiti dia” ucapku mencoba tak menangis lagi, aku menatap kekasih barunya dari kejauhan, kekasih barunya itu masih tetap duduk membelakangi aku dan dia.

“Pergilah”, katakku padanya aku menarik nafas panjang berharap akan temukan ketenangan , “baiklah” ucapannya tak lagi penuh amarah dia membalas pelukanku, lalu kita berpelukan selama satu menit, aku biarkan dia melepaskan peluknya, dia memegang pundakku lalu berkata “aku harap kamu akan bahagia pula, meski tanpa sosok aku disampingmu” dia membalikan badannya dan berlalu meninggalkan aku, menghampiri kekasih barunya, seorang wanita yang membuat dia memilih untuk meninggalkan aku.
Dia meraih tangan wanita itu, lalu berjalan menjauh dan semakin menjauh meninggalkan aku yang masih tetap terpaku menatap kepergiannya.
Aku mencintaimu, dan kamu mencintai dia ucapku menatap kepergiaanya seiring bayangnya pun kian menghilang.

 Sangat menyakitkan karena perpisahan itu akan selalu satu paket dengan air mata

2 komentar:

Agus S mengatakan...

Greate post...^_^

Unknown mengatakan...

terimakasih :)

Posting Komentar

 

citra's blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea